KONTROVERSI KIAMAT 2012


Kita sudah mengetahui perhitungan kalender Maya berakhir 21 Desember 2012, dan ini sempat memicu teori sebagai kiamat. Sebenarnya ada 3 teori lain yang menyatakan tahun 2012 menjadi "tahun penting" dalam peradaban manusia.

Tahun penting di sini memaksudkan akan ada akhir, lalu era baru. Jadi tidak selalu berarti kiamat. Namun, seperti apa era baru yang dimaksud?


1. Planet X atau Nibiru

 


Penurunan "kasta" Pluto tidak lagi masuk dalam rangkaian 9 planet di tata surya menghasilkan hipotesa ada planet lain yang mengorbit tidak teratur. Planet ini disebut Planet X atau Nibiru, digambarkan akan datang menabrak planet Bumi.

Apa yang terjadi setelah tabrakan? Bisa kehancuran total di bumi, atau bisa juga terjadi pembalikan kutub yang mendatangkan perubahan besar-besaran. Hingga akhirnya iklim yang hancur membunuh manusia.



2. The Prophecy of the Popes

 


Nubuatan Paus pertama kali diterbitkan tahun 1595 oleh Arnold de Wyon, seorang sejarawan Benediktin jadi bagian dari buku Lignum Vitae yang ditulisnya. Terdiri dari 112 bagian tentang penglihatan Saint Malachy soal kepausan.

112 bagian tersebut menggambarkan setiap Paus yang dimulai dari Paus Celestine II yang terpilih pada tahun 1130. Hingga bagian terakhir yang disebut Peter of The Roman, bunyinya, "Akan memerintah Petrus Romanus yang akan memberi makan domba-dombanya di tengah kesengsaraan hebat; Setelah itu tujuh kota gunung akan hancur dan terjadilah penghakiman terakhir."

Para peminat dan pengamat nubuatan Malachy yakin sosok Paus Benedict XVI yang memimpin Vatikan sejak 2005 silam menjadi sosok terakhir sebelum runtuhnya Vatikan dan pemerintahan anti-Kristus mulai.



3. Photon Belt

 


Saat ini kita sedang mendekati akhir dari suatu Millenium. Kaum mistikus paranormal, praktisi dan pengamat metafisika tentu sudah mengetahui dan menyadari bahwa manusia berada di ambang pintu suatu perubahan besar dalam evolusinya.

Tata Surya kita adalah bagian dari Galaksi yang kita sebut dengan nama The Milky Way (Bima Sakti), alam semesta kita merupakan bagian dari suatu Alam Semesta Raya. Ada teori yang menyebut bahwa  terdapat 12 Alam Semesta di dalam Alam Semesta Raya. Alam Semesta kita adalah yang terakhir diciptakan.

Tiap Alam Semesta, tiap Galaksi, tiap Tata Surya memiliki suatu Matahari. Tata Surya kita yang posisinya ada di pinggir salah satu Galaksi, mengitari suatu MATAHARI CENTRAL (Central Sun) dari gugus bintang PLEIADES yang namanya ALCIONE. Tata Surya kita berikut planet-planetnya termasuk bumi memerlukan waktu 25.860 tahun untuk mengitari ALCIONE itu.

Pada tahun 1961, dunia ilmu pengetahuan melalui instrument-instrumen satelit telah berhasil mendeteksi adanya ZONA PHOTON (Photon Belt) yang mengitari PLEIADES secara tegak lurus. Karena Matahari kita dan planet-planetnya mengitari ALCIONE selama 25.860 tahun, maka tiap ± 12.500 tahun tata surya kita bertabrakan dengan ZONA PHOTON itu. Untuk melintasi ZONA PHOTON diperlukan waktu 1000-2000 tahun. Sebenarnya sejak 1961 tata surya kita sudah mulai memasuki ZONA PHOTON, baru di tepinya, dan akan berada di pusatnya disekitar tahun 2011-2012.

 
Apakah Zona Photon? 

PHOTON BELT atau ZONA PHOTON adalah suatu daerah yang terdiri dari partikel cahaya photon. Cahaya photon adalah akibat adanya tabrakan dari anti-elektron (positron) dengan electron. Tabrakan itu menyebabkan kedua jenis partikel itu saling menghancurkan, yang kemudian menimbulkan energi photon atau partikel cahaya. Kelak dikemudian hari energi photon ini akan menjadi sumber energi utama untuk memenuhi kebutuhan energi.

Akan terjadi perubahan total dalam bidang Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kesadaran Manusia.

 
Apa yang Terjadi Saat Transisi?

Di tepi Zona Photon ini terdapat suatu batasan yang disebut Zona Nil (Null Zone), zona nil tersebut terdapat kompresi energi yang amat besar, dimana medan magnetic sangat padat sehingga segala sesuatu yang melintasi zona itu pasti mengalami perubahan. Hal ini juga berarti bahwa medan magnetic bumi dan matahari akan dirubah menjadi jenis magnetic baru, yaitu magnetic interdimensional. Maka diperkirakan timbulnya sesuatu perubahan pada medan elektrik magnetis dan gravitasional bumi, hal mana sebetulnya sudah mulai terjadi sekarang ini.

Akibat lain yang akan terjadi adalah, bahwa semua alat-alat listrik tidak bisa berfungsi, lampu tidak bisa dinyalakan, mobil tidak bisa di starter.

Diperkirakan selama beberapa hari penghuni bumi akan dihadapkan pada keadaan yang tidak dipahami dan hidup dalam kegelapan.

Hari 1-2 : Matahari tidak nampak dan tak bersinar. Sehingga bumi menjadi gelap gulita, udara sangat dingin .

Hari 3-4 : Terlihat cahaya temaram, seperti di saat fajar, bintang-bintang mulai terlihat di langit.

Hari 5-6 : Hari-hari akan terang terus (terang 24jam), seluruh mahluk hidup merasa lebih bersemangat menerima energi baru. Kemampuan supranatural mulai timbul, penghuni bumi merasakan terwujudnya Zaman Baru.

Perubahan frekuensi getaran ini sangat dasyat sehingga disebut sebagai Kelahiran baru bagi planet bumi dan bangsa manusia, terciptanya Zaman Baru (The Dawn of the New Age)

REFERENSI

KOMPAS.com - Tak hanya diramu dengan fenomena antariksa yang spekulatif, isu kiamat 21 Desember 2012 juga dipadu dengan proses alamiah Bumi dan Matahari yang dimaknai berlebihan. Bumi dan Matahari tidaklah mati, tetapi berproses dinamis dan terus berevolusi.

Penggagas isu menyebut, kiamat juga terjadi karena adanya perubahan arah kutub magnet Bumi dan melemahnya medan magnet Bumi. Kutub utara magnet Bumi akan berbalik 180 derajat menjadi kutub selatan dan sebaliknya.

Perubahan arah kutub magnet diyakini akan melemahkan medan magnet Bumi. Akibatnya, kemampuan Bumi menahan radiasi sinar kosmik, termasuk radiasi Matahari, hilang.

Ini dikatakan bisa membahayakan satelit, mengganggu orientasi gerak binatang, hingga berbagai kekacauan arah pesawat karena satelit terganggu.

Guru Besar Kemagnetan Batuan Institut Teknologi Bandung Satria Bijaksana, Rabu (12/12/2012), mengatakan, kutub magnet Bumi memang bisa berubah arah 180 derajat. Kutub magnet juga bisa bergeser seperti yang kini terjadi atau melemah. ”Tapi, perubahan itu tidak terjadi tiba-tiba,” ujarnya.

Kutub utara magnet Bumi berada 11,5 derajat dari kutub utara Bumi dan ada di wilayah Kanada. Ia bergerak ke utara-barat laut dengan besaran setengah derajat dalam lima tahun. Pada abad mendatang, kutub utara magnet Bumi akan ada di Siberia, Rusia.

Perubahan arah dan pergeseran kutub magnet Bumi disebabkan oleh sirkulasi material dalam inti bagian luar Bumi. Inti bagian luar ini berupa fluida (cairan) yang terdiri atas nikel dan besi. Gerak fluida tersebut dipengaruhi oleh rotasi Bumi.

Mantan Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia Lambok Hutasoit mengatakan, rekaman batuan selama 76 juta tahun menunjukkan telah terjadi puluhan kali perubahan arah kutub magnet berkebalikan. Namun, tak ada yang aneh dengan batuan Bumi. Jeda waktu antar- perubahan arah kutub 25.000 tahun hingga jutaan tahun.

Satria menambahkan, perubahan kutub magnet berkebalikan terakhir terjadi 780.000 tahun lalu. Proses transisinya butuh sekitar 20.000 tahun, waktu yang cukup bagi makhluk hidup Bumi untuk beradaptasi.

Meskipun demikian, perubahan dan pergeseran kutub tidak menimbulkan dampak apa pun bagi manusia, kecuali bagi mereka yang menggunakan kompas sebagai penunjuk arah dan ada di sekitar kutub.

Badai Matahari

Jelang kiamat juga diwarnai isu datangnya badai Matahari. Badai itu ditandai oleh pelepasan partikel Matahari yang bermuatan secara berlebih akibat ledakan Matahari dan lontaran material korona (atmosfer Matahari). Selain membawa energi, partikel membawa medan magnet yang menimbulkan radiasi elektromagnetik jumlah besar.

Kepala Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Clara Yono Yatini mengatakan, aktivitas Matahari meningkat sejak 2010. Ini bagian dari siklus 11 tahunan Matahari. Selama 2012, aktivitasnya terus meningkat dan diperkirakan mencapai puncaknya Mei-Juni 2013.

Selama menuju puncak, badai Matahari bisa terjadi kapan saja. Waktunya tidak bisa dipastikan, hanya diperkirakan. Kapan terjadinya badai sudah bisa di- prediksi beberapa hari sebelumnya oleh Lapan dan lembaga penelitian astronomi lain.

Namun, badai ini belum tentu berdampak pada Bumi, tergantung arah ledakan dan kondisi magnetosfer Bumi, apakah muatan magnetnya sama atau berlawanan dengan muatan magnet partikel Matahari.

Satria mengatakan, magnetosfer adalah medan magnet, bukan lapisan partikel. Ia tidak bisa disamakan dengan lubang ozon. Karena itu, tidak ada istilah magnetosfer retak atau bocor seperti yang diisukan.

Menurut Clara, badai Matahari adalah peristiwa rutin. Pengamatan siklus Matahari dilakukan sejak 1745. Manusia punya sistem untuk mengantisipasi, termasuk peringatan dini.

Badai ini hanya memberi dampak pada satelit, sistem komunikasi atau kelistrikan di negara-negara dekat kutub. Belum ada catatan manusia jadi korban langsung badai Matahari.

Letusan gunung api

Kiamat juga dikabarkan terjadi akibat letusan gunung api besar (supervolcano), seperti letusan Gunung Toba di Sumatera atau letusan yang membentuk Kaldera Yellowstone di Amerika Serikat.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono berkata, letusan gunung api selalu didahului tanda-tanda peningkatan aktivitas magma, seperti gempa, pelepasan gas, atau penggelembungan gunung. Untuk letusan superdahsyat, tanda-tanda ini harus ada minimal setahun sebelumnya. Letusan tidak bisa terjadi tiba-tiba.

”Semua gunung api aktif di Indonesia terpantau,” ujarnya. Demikian pula gunung api aktif di berbagai negara. Waktu letusan, besaran letusan, dan kapan letusan berakhir tak dapat diprediksi. Karena itu, ramalan letusan besar gunung api 21 Desember dinilai mengada-ada.

Peristiwa yang terjadi di alam tidak terjadi seketika, ada logika yang menyertainya. Semua membutuhkan proses dengan jangka waktu panjang, hingga jutaan tahun. Bukan sulap, bukan sihir.
Sumber :
Kompas Cetak
Editor :
yunan



REFERENSI
 Kiamat 21 Desember 2012 bukanlah isu pertama soal tibanya hari akhir. Datangnya kiamat telah menjadi pertanyaan besar sepanjang peradaban manusia. Meski teks agama menegaskan tak seorang pun yang mengetahui, manusia terobsesi mencarinya. Ini wujud ketakutan manusia akan datangnya kematian.

Setidaknya, isu kiamat pernah muncul pada 9 September 1999 (9-9-99) saat kondisi politik dan ekonomi Indonesia kacau. Isu juga muncul saat perayaan 1 Januari 2000 dengan ancaman kegagalan sistem komputer global. Beberapa sekte keagamaan di Indonesia pernah berusaha melakukan bunuh diri massal demi menyongsong kiamat.

Guru Besar Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Bambang Sugiharto, Kamis (13/12/2012), mengatakan, isu kiamat selalu muncul ketika manusia menghadapi banyak kejadian di luar kendalinya. Keterpurukan ekonomi, ketidakpastian politik, kegagalan akulturasi budaya, hingga adanya prediksi bencana katastropik walau belum tentu benar.

Saat manusia menghadapi hal baru yang tak bisa dipahami dan tak ada presedennya, isu kiamat muncul. Hadirnya perspektif baru sains, teknologi, media, hingga cara berkomunikasi membuat semua menjadi transparan. Menimbulkan keterkejutan sekaligus kekhawatiran.

Kondisi itu diperparah oleh ketidakmampuan pilar-pilar keyakinan atau sistem nilai untuk memahami gejala yang ada. Sejak Perang Dunia I dan II, skeptisme masyarakat muncul dan menimbulkan ketidakpercayaan pada peradaban modern. Interaksi global yang meluluhlantakkan nilai-nilai tradisional membuat batas kebaikan dan keburukan kian tipis.

”Ketidakpastian muncul hingga kini dan menimbulkan kepanikan,” katanya. Gejala kepanikan itu, antara lain, munculnya fanatisme berlebihan atas agama, etnik, atau kelompok.

Dosen Psikologi Sosial Universitas Gadjah Mada, Helly P Soetjipto, mengatakan, isu kiamat 2012 merupakan bagian dari manajemen teror, menakut-nakuti orang dengan kematian.

Isu ini hanya efektif untuk orang-orang di negara maju yang telah lama menikmati kesejahteraan dan orang-orang di Indonesia yang ekonominya mapan dan bisa menikmati hidup. Akan tetapi, isu kiamat akan gagal bagi orang pinggiran yang akrab dengan penderitaan.

”Di Indonesia, banyak orang berani mati, tetapi takut hidup,” katanya. Mereka yang terbiasa susah paling mudah beradaptasi saat bencana tiba. Sebaliknya yang terbiasa hidup enak, kesusahan adalah kiamat.

Helly menyatakan, kematian adalah misteri hidup yang pasti datang. Sayangnya, persiapan menghadapi kematian dilakukan lebih banyak dengan menumpuk materi. Cinta dunia membuat orang takut mati.

Persiapan menghadapi kematian juga terkait dengan pandangan manusia tentang mati, apakah sebagai terminal (akhir dari siklus hidup) atau hanya gerbang menuju ”hidup” baru.

Neurosains

Rasa cemas, khawatir, dan takut, termasuk takut atas mati, ada dalam setiap manusia. Rasa itu diatur dalam sistem limbik dalam otak bagian tengah yang mengatur hal-hal terkait emosi.

Sekretaris Jenderal Masyarakat Neurosains Indonesia yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado, Taufiq Pasiak, mengatakan, sistem limbik ada pada semua primata, termasuk manusia. Sistem ini tidak hilang meskipun otak manusia berevolusi dari manusia primitif hingga modern.

Untuk menjelaskan ketakutan yang tak bisa dijelaskan dalam dirinya, manusia mencari kekuatan di luar dirinya yang bersifat transendental. Hal itu membuat mereka tenang dan pusat kesenangan dalam otaknya tersentuh. Kesenangan merupakan fondasi rasa bahagia.

Sebelum ada agama, sesuatu yang transendental dicari pada benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan, seperti pohon atau batu. Saat itu, kiamat belum dikenal. Sumber kesedihan adalah kematian dan bencana.

Setelah agama hadir, agama jadi pegangan. ”Dari agama, manusia memahami kematian dan mengenal istilah kiamat,” kata Taufiq yang menjadi pendiri Center for Neuroscience Health and Spirituality Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Rasa takut itu bisa dinetralkan. Selain memiliki sistem limbik, manusia mempunyai sistem korteks di bagian depan otak manusia. Sistem korteks terkait dengan nalar dan logika.

Meskipun mendapat penjelasan tentang kematian dari agama, sistem korteks membantu merasionalkan rasa takut. Sistem korteks harus menjadi bagian utama saat menganalisis ketakutan. Jika yang memimpin sistem limbik, rasa takut akan memancing emosi yang mengharu biru.

Proses pendidikan Indonesia yang lebih menonjolkan aspek kognitif dan tidak mengembangkan nalar membuat proses berpikir rasional tidak terbangun.

”Lembaga pendidikan, keagamaan, pengembangan sains, dan pemerintah memiliki tanggung jawab yang sama dalam membangun masyarakat cerdas dan kritis hingga mampu menyaring semua informasi yang ada,” kata Guru Besar Psikologi Sosial UGM Faturochman.
Sumber :
Kompas Cetak


0 Responses